November 12, 2014

PLC SIEMENS S7-200

Semua lampu akan mati jika tombol Stop ditekan.



                                                                                 

        
 Gambar 6.26 Lampu lalu lintas
10. Berikut ini sistem lampu lalu lintas untuk pertigaan.


Gambar 6.27 Lampu lalu lintas untuk pertigaan

Masing – masing lampu menyala dengan periode seperti nomor 1.
Buatlah program sehingga lalmpu lalu lintas di setiap arah menyala bergantian dengan urutan sebagai berikut (jika tombol Start ditekan):

Tabel 6.3 Urutan nyala lampu pada lampu lalu lintas di pertigaan
Detik
Barat
Timur
Utara
M
K
H
M
K
H
M
K
H
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
5
0
1
0
0
1
0
1
0
0
7.5
1
0
0
0
0
1
1
0
0
12.5
1
0
0
0
1
0
0
1
0
15
1
0
0
1
0
0
0
0
1
20
0
1
0
1
0
0
0
1
0

Setelah urutan terakhir, lampu akan kembali ke urutan pertama. Semua lampu akan mati jika tombol Stop ditekan.


Gambar 6.28 Lampu lalu lintas untuk pertigaan dengan sensor
11. Jika pada pertigaan di atas, arah barat merupakan jalur paling ramai. Untuk itu ditambahkan sebuah sensor untuk mendeteksi jumlah mobil yang lewat. 


Jika sensor mendeteksi mobil 1 kali, maka pola nyala lampu lama (seperti nomor 1 dan 2) tetap digunakan. Namun jika sensor mendeteksi mobil 2 kali, maka pola nyala lampu akan berubah, dengan memberikan lampu hijau yang lebih lama untuk lampu barat (10 detik).
Berikut ini pola nyala lampu baru tersebut.

Tabel 6.4 Pola nyala lampu baru
Detik
Barat
Timur
Utara
M
K
H
M
K
H
M
K
H
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
5
0
1
0
0
1
0
1
0
0
7.5
1
0
0
0
0
1
1
0
0
12.5
1
0
0
0
1
0
0
1
0
15
1
0
0
1
0
0
0
0
1
20
0
1
0
1
0
0
0
1
0
Penggunaan tombol Start dan Stop sama seperti 2 nomor sebelumnya.



Petunjuk: Setelah 1 siklus di atas, sistem akan mengecek jumlah deteksi sensor, sehingga akan menentukan lampu hijau arah barat harus aktif selama 5 detik atau 10 detik.
--o0o--




Bab 7
SISTEM ANALOG DENGAN PLC SIEMENS S7-200
Tujuan
Pembaca dapat memahami:
        ·         Pengenalan Sistem Analog dengan PLC
        ·         Tipe data dan Pengalamatan byte, word, double word
        ·         Modul analog input/output EM 235
        ·         Area memori analog pada S7-200
        ·         Data block editor untuk memberikan initial value dari memori analog

7.1 Pendahuluan
Pada mulanya PLC hanya dapat menangani sistem sekuensiial berbasis bit. Hal ini disebabkan karena PLC adalah pengganti relay dimasa lalu. Namun dalam perkembangannya, PLC dapat menerima sinyal analog dari sensor (dengan modul analog input) dan menghasilkan sinyal analog untuk pengendalian output device (dengan modul analog output). PLC juga dapat mengolah sinyal dengan instruksi-instruksi analog dalam pemprograman.
            Untuk memahami suatu sistem analog, terlebih dahulu perlu dipahami tipe data untuk bilangan analog. Jika sistem diskrit hanya memanfaatkan tipe data bit (berbasis bilangan biner bernilai 0 atau 1), maka sistem analog memanfaatkan sederet bit yang diubah kedalam suatu bilangan analog. Perhatikan contoh pada Gambar 7.1. dari gambar tersebut, nampak bahwa bilangan desimal 8.000 (bilangan heksadesimal 1F40), dapat ditampilkan dalam 16 bit bilangan biner. 0001 1111 0100 0000. 
Contoh: alamat Word- AIW’ 0




Gambar 7.1 contoh representasi data analog
Sistem analog pada S7-200 sendiri memanfaatkan representasi data berikut:
·         Unsigned integer (bilangan bulat tanpa tanda, tidak mengakomodasi bilangan negatif).
·         Signed integer (bilangan bulat dengan tanda, mengakomodasi bilangan negatif)
·         Real/ floating (bilangan real, mengakomodasi pecahan)
Ukuran data analog di atas dapat dibagi menjadi:
·         Byte berukuran 8 bit
·         Word berukuran 16 bit
·         Double word berukuran 32 bit
Data analog diatas dapat ditampilkan dalam bilangan berbasis desimal dan heksadesimal. Perhatikan Tabel 7.1 yang menunjukkan bebagai desimal representasi, ukuran, dan format data analog yang diakomodasi pada S7-200.

Tabel 7.1 Representasi data analog dalam berbagai ukuran

Representation
Byte (B)
Word (W)
Double Word (D)
Unsigned integer
0 to 255
0 to FF
0 to 65,535
0 to FFFF
0 to 4,294,967,295
0 to FFFF FFFF
Signed integer
-128 to + 127
80 to 7F
-32,768 to +32,767
8000 to 7FFF
-2,147,483,648 to +2,147,483,647
8000 0000 to 7FFF FFFF
Real
 IEEE 32-bit
Floating Point
Not applicable
Not applicable
+1.175495E-38 to +3.402823E+38 (positive)
-1.175495E-38 to -3,402823E8 (negative)

Sumber: Siemens, Simetic S7-200 Programmable Controller System Manual, (Siemens: 2008)
            Salah satu representasi data yang unik ialah real IEEE 32 bit Floating Point. Data tersebut digunakan untuk menangani bilangan real dan hanya boleh berukuran 32 bit. Hal ini dikarenakan format bilangan yang menyertakan Mantissa, Exponent dan Sign. Misalnya bilangan -123.45 akan diubah kedalam bentuk ternormalisasi -1.2345 x 10^2 ( Mantissa: 12345, Exponent: 2, Sign: 1). Format detailnya tampak pada gambar 7.2

Tabel 7.2 Format dan floating point
Sumber: Siemens, Simetic S7-200 Programmable Controller System Manual, (Siemens: 2008)
7.2 Modul Input/ Output Analog
PLC memerlukan suatu modul analog input agar dapat menerima sinyal analog. Sedangkan untuk menghasilkan sinyal analog, PLC membutuhkan modul analog output. Modul analog input berfungsi layaknya Analog to Digital Converter yang mengubah sinyal analog yang (misalnya tegangan 0V- 10V) menjadi sederet bilangn biner (misalnya 16 bit bilangan biner sebesar 0-32.000). sinyal analog berasal dari pembacaan sensor maupun analog setting dengan peralatan tertentu (misalnya potentiometer).
Adapun modul analog output berfungsi sebagai Digital to Analog Converter untuk mengubah sederet bilangan biner (misalnya 16 bit bilangan biner sebesar -32.000 – 32.000 menjadi sinyal analog (misalnya tegangan -10V- 10V). Sinyal analog akan digunakan untuk mengendalikan suatu output device (misalnya motor, control valve dan lain-lain). Berikut ini tampilan grafisnya:




Tabel 7.3 Gambaran perubahan data analog pada PLC

7.2.1 Pengenalan Modul Input/ Output Analog EM 235
Salah satu tipe modul analog input/output (modul tambahan) yang dapat digunakan untuk S7-200 ialah EM 235. Modul ini berisi 4 analog input dan 1 analog output (keduanya dalam bentuk sinyal tegangan maupun arus) dengan resolusi ADC/ DAC 12 bit. Tampilan dari modul EM 235 dapat dilihat pada gambar 7.4.





0 comments:

Post a Comment